SYEKH
MUHAMMAD AMIN AL-BANTANI
(BUYA AMIN
KOPER)
oleh:
H. Imaduddin Utsman, S.Ag. MA.
MUQADDIMAH
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام علي سيد الاولين
والاخرين، محمد خاتم الانبياء والمرسلين، أما بعد:
Maka inilah sebuah buku sederhana
yang dapat penulis persembahkan kepada pembaca mengenai sekilas riwayat hidup
dari Syekh Muhammad Amin bin Abdullah.
Buku ini diambil intisarinya dari
buku yang dipersembahkan dalam haul Buya Amin ke-9 tahun 2003. Hanya sedikit
ada penambahan di sana-sini. Terutama ketika menulis tentang silsilah, penulis
langsung menemui pemegang buku silsilah dari para keturunan Syekh ciliwulung
dan Syekh Hasan Bashri Cakung yang dipegang secara turun temurun oleh keturunan Syekh Ma’mun bin Muhammad Ali
Al-Madinah.
Perjuangan Syekh Muhammad Amin
telah mengawal masyarakat Kresek dan sekitarnya khususnya dan Banten umumnya
juga sekitar Banten menjadi masyarakat yang agamis dan taat dalam menjalankan
ibadah.
Tegur sapa dari pembaca sangat
kami harapkan bagi perbaiakan cetakan berikutnya.
1 Rabiul awal 1433 H/25
Januari 2012
Penulis
H. Ma’luf Amin, S.Pd.
H. Imaduddin Utsman,
S.Ag. MA
NAMA DAN KELAHIRAN
Beliau bernama Syekh Muhammad
Amin bin Abdullah bin Nyi Kati binti Nyi
kanisah binti Syekh Alim bin Ki abdullah bin Ibrahim bin Syekh Hasan
Bashri bin Ki Mahmud bin raden saleh bin
Sulthan Abul Mufakhir bin Sulthan
Maulana Muhammad Nashruddin bin Sulthan Maulana Yusuf bin Sulthan maulana Hasanuddin
bin Syarif hidayatullah (Sunan gunung Jati).
Beliau
juga adalah keturunan Sulthan Agung Tirtayasa melalui Nyi Ratu Hadisah.
Nyi ratu Hadisah adalah isteri dari Syekh Alim bin Abdullah. Nyi Ratu Hadisah
tinggal bersama suaminya Syekh Alim di Kresek tepatnya di cideng kanoman. Di
sana syekh alim mendirikan pesantren yang cukup besar. Selain sebagai
Kiayi, syekh Alim juga kaya raya.
Binatang ternaknya yang berupa kerbau begitu banyak. Di samping pesantren
terdapat kandang kerbau yang cukup besar sehingga orang-orang kemudian menyebut
cideng kanoman dengan kandang gede.
Adapun silsilahnya sampai ke
Sulthan Agung Tirtayasa adalah Syekh Muhammad Amin bin Abdullah bin Nyi Kati
bin Nyi Kanisah bin Nyi ratu hadisah bin Syekh Nurahim bin syekh Abdul Muid bin
Sulthan Maulana manshur abdul Kohhar bin sulthan Agung tirtayasa bin maulana
Abul Ma’ali bin Sulthan Abul Mafakhir bin Sulthan Maulana Muhammad nashruddin
bin Sulthan maulana Yusuf bin sulthan maulana hasanuddin.
Beliau juga adalah keturunan dari
syekh ciliwulung seorang waliyullah yang sangat terkenal di daerah Banten
Utara. Makamnya ramai di ziarahi masyarakat setiap hari apalagi malam jum’at.
Adapun silsilahnya sampai ke Syekh Ciliwulung adalah: Syekh Muhammad Amin bin
Abdullah bin Nyi Kati bin Nyi kanisah bin Syekh alim bin syekh Abdullah bin
Syekh Ibrahim bin Syekh Hasan Bashri bin Nyi ratu Fatimah binti syekh
Ciliwulung bin raden Kenyep bin Pangeran Arya Wiraraja bin Prabu Geusan Ulun Sumedang.
Beliau dilahirkan di kampung
sepang Desa koper kecamatan kresek Kabupaten Tangerang Banten pada tahun 1899
M. berarti dua tahun setelah wafatnya syekh Nawawi At-tanara Al Bantani yang
wafat di makkah al Mukarromah tahun 1897 M.
Beliau di lahirkan dari keluarga
santri yang taat beribadah. Silsilahnya yang sampai ke Syekh hasan bashri dan
syekh ciliwulung Cakung menjadi pertanda bahwa secara turun temurun mustika
kesantrian itu melekat dalam diri Buya Amin. Cakung adalah sebuah daerah
perbatasan antara Serang dan tangerang sebagiannya masuk wilayah serang dan
sebagian lagi masuk wilayah Tangerang. Pada zaman kesultanan Banten sampai akhir
abad 18 cakung adalah pusat ilmu pengetahuan keislaman di daerah Banten. Para wali dan ulama banyak
yang bermunculan dari daerah ini.
MASA KESANTRIAN SYEKH MUHAMMAD
AMIN
Buya Amin sejak kecil dikenal
sebagai anak yang cerdas dan giat belajar agama. Kakeknya yang bernama Ki
Abdurahman ayah dari Ki Abdullah adalah
pengelana dari jawa Timur. Menikah dengan Nyi Kati dan dikaruniai anak bernama
Ki Abdullah yaitu ayah buya Amin. Dari kakeknya inilah mungkin menurun jiwa
pengelanaan Buya Amin yang kemudian rajin berkelana menuntut ilmu ke berbagai
pondok pesantren.
Tercatat beliau mesantren keberbagai pesantren
di Banten di antaranya ke pesantren Kadulisung Pandeglang, pesantren Pasir
bedil Rangkas Bitung, Pesantren Pelamunan asuhan Syekh tohir al Falamuni
Al-Bantani dll. Di pesantren Pelamunan ada dua santri yang bernama Amin yang
keduanya adalah murid kesayangan Syekh Tohir. Dikisahkan bahwa Syekh Tohir
ingin menikahkan salah seorang putrinya dengan salah seorang dari dua Amin yang
sama cerdasnya ini. Dengan pandangan bathin akhirnya Syekh Tohir memilih Amin
yang satunya dan membiarkan Buya Amin Koper mendirikan pesantren di Koper.
Rupanya Syekh Tohir mengetahui bahwa kelak Buya Amin Koper akan sangat
dibutuhkan masyarakat di daerahnya.
Sebelum mesantren ke daerah luar, Buya Amin
mesantren di daerah Kresek yang banyak terdapat ulama-ulama yang mumpuni
seperti Syekh Muhammad Ramli yang kemudian di angkat menantu oleh gurunya itu.
Dari pernikahan dengan putri Syekh Muhammad ramli ini Buya Amin mempunyai anak
KH. Ma’ruf Amin yang kelak menjadi salah seorang dari Sembilan Dewan
Penasihat Presiden Susilo Bambang
Yudoyono.
Selain kepada syekh Muhammad
Ramli, Buya amin juga di kresek nyantri kepada syekh Misbah di Koper. Syekh
Misbah dan Syekh Muhammad Ramli juga adalah keturunan dari syekh Hasan Bashri
Cakung. Buya Amin juga murid dari Syekh Sabi’un Ranca Sumur dan Habib Husen
Jakarta.
Kehausan akan ilmu pengetahuan
membawa Buya Amin menuntut ilmu di kota suci Makkah Al-Mukarromah sekitar tahun
1930. Pada tahun 1936 beliau pulang dari Makkah dan menikah dengan Nyai hajah
Nurjannah dari serang. Kemudian setelah menikah mendirikan pondok pesantren di
Koper.
MENDIRIKAN PONDOK PESANTREN
Seperti dikisahkan sebelumnya,
setelah pulang dari dari Makkah al Mukarromah dan menikah buya Amin mendirikan
pondok pesantren di koper Kresek pada tahun 1936. Berdatanganlah para santri dari berbagai
daerah di Banten dan Jawa Barat di antaranya dari Tangerang, Bogor, serang,
Karawang dan lain-lain.
Buya Amin dikenal para santri
sebagai guru yang ikhlas dan tawaddu. Pancaran sinar keilmuan tergambar dari
wajahnya yang penuh kesejukan. Namun walaupun dikenal sejuk Buya juga dikenal
sangat keras dalam mendidik santri diwaktu-waktu tertentu. Darah para sulthan Banten yang
penuh heroic dan darah para aulia yang suci menyatu dalam diri Buya Amin.
Ketegasan dan keberanian adalah bakat alami yang dimiliki para keturunan
sulthan seperti Abuya. Dan nilai-nilai kesantrian yang penuh dengan tradisi kesufian
dan kesejukan mewarnai diri Buya dalam mendidik para santri.kedua-duanya
kemudian menjadikan diri Buya dapat melebur dalam segala suasana untuk mengawal
umat menuju keridoan Allah Swt.
Dikisahkan kecintaan dan kasih
sayangnya kepada para santri kadang-kadang tergambar seperti melebihi cinta dan
sayang untuk anak-anaknya sendiri. Tak jarang Buya memasak nasi goreng kemudian
setelah matang diberikan untuk para santri. Beliau juga dikenal sangat
memuliakan setiap tamu yang berkunjung ke rumahnya. Buya Busthomi Cisantri
Pandeglang mengatakan setelah bertemu dengan Buya Amin: “Jiwa kerasku luluh
ketika bertemu dengan Buya Amin, seorang yang alim yang ilmunya begitu tinggi
tidak menampakan dirinya seperti layaknya orang yang ingin dimuliakan”. Buya
Bushtomi menambahkan : “Saya belajar banyak dari kelembutan jiwa ulama Kresek
seperti buya Amin”.
Para santri banyak yang
mengisahkan sering sekali Buya ketika santri membaca kitab beliau Nampak
tertidur, tapi ketika santri membaca ada yang salah beliau langsung membetulkannya.
Memang hari dan malam buya, ketika tidak mengajar santri selalu diisi oleh
ibadah dan memutalaah kitab-kitab. Banyak masalah-masalah umat yang datang
kepada beliau yang harus dicarikan penyelesaiannya dari kitab-kitab mu’tabarah.
Pesantren Koper banyak melahirkan
ulama-ulama yang menjadi tumpuan umat di antara murid-murid Buya Amin adalah
KH. Syarbini pengasuh pondok pesantren Al-falah Kresek, KH. Nurzen pengasuh
pesantren Al-Hikmah Pendawa Binuang, KH. Mahmud dan KH. Qalyubi pengasuh
pesantren Manba’ul hikmah Renged Kresek, KH. Nawawi pengasuh pesantren
Tarbiyatul Mubtadiin Pasir Nangka Tigaraksa, Syekh mufti asnawi pengasuh
pesantren darul hikmah Srewu Cakung Binuang, KH. Humaid Endol Tanara pengasuh
Majlis Ta’lim syekh Nawawi Tanara, KH. Ahmad Romli pengasuh pesantren Dangdeur
Balaraja, KH. Kalyubi Mauk, KH. Munir Cikarang Bekasi, KH. Hasbullah binuang,
KH. Syatibi Ampel, KH. Sayuti Bolang, KH. Nasihun Daon, KH. As’ad Bendung, KH.
Syarif Kubang, KH. Rafiuddin Saga, KH. Sukama cikande, KH. Sukri Koper, KH.
Marjani cijeruk dll.
PENGAJIAN SELASA DI ARRUHANIYAH
Buya Amin bersama H. Abdul
Gani adalah pencetus pengajian setiap
hari selasa di masjid Agung Arruhaniyah kresek yang sudah berlangsung sejak
sebelum merdeka hingga sekarang. Pengajian Selasa di Arruhaniyah adalah
pengajian yang diikuti oleh para ulama dan kiayi dari berbagai daerah.
Pengajian selasa adalah barometer masyarakat
dalam bidang hokum islam. Fatwa-fatwa para muqri (pembaca kitab kuning)
di pengajian selasa menjadi acuan dan pegangan. Hal demikian tentunya
dikarenakan selain yang membaca, hadirin peserta pengajian juga mayoritas
adalah para kiayi. Jadi akan sulit fatwa yang salah akan dibiarkan dalam
pengajian selasa. Bisa dikatakan ijma ulama kresek, kronjo, gunung kaler,
binuang, tanara dan sekitarnya terjadi di pengajian selasa masjid arruhaniyah
kresek.
Saat buya Amin masih hidup, muqri
pengajian selasa hanya Buya Amin sendiri. Para ulama lain segan membaca kitab
di hadapan buya. fatwa-fatwa buya amin adalah rujukan sentral para ulama waktu
itu. Ketabahurran Buya dalam berbagai disiplin keilmuan menjadikannya seorang
ulama yang paripurna. Ia adalah seorang faqih yang sufi, mufassir yang
muhaddis, dan nahwiy yang ushuli. Buya juga sangat mahir mengajarkan ilmu
bayan, ma’ani dan badi’. Beliau juga
sangat ahli dalam ilmu faraid.
Setelah beliau wafat pada tahun 1415 H atau delapan belas tahun yang lalu, pengajian
selasa diteruskan oleh murid kesayangannya yaitu Syekh Mufti bin asnawi pengasuh pesantren Darul Hikmah srewu
Binuang. Sama seperti gurunya syekh Mufti bin Asnawi kemudian menjadi rujukan
para ulama dan masyarakat dalam hokum islam. Ketika masa syekh Mufti bin Asnawi
inilah dimulai pembaca kitab bukan hanya sendiri tapi juga melibatkan beberapa
kiayi. Ketika syekh Mufti bin Asnawi wafat pada tahun 1432 H, pengasuh
pengajian di emban oleh murid Buya Amin yang lain yaitu KH. Hamzah dari Gunung
Kaler bersama para kiayi yang lain. Sekarang pengajian selasa di asuh oleh KH.
Hamzah Gunung kaler, KH. Junaid Jati Pulo, KH. Rasyidi (pengasuh Ponpes
Riyadlul Jannah) tengger kemuning, KH. Toyib Kandawati, KH. Kamta talok, KH.
Syambas Renged dan H. Imaduddin Utsman (pengasuh ponpes Nahdlatul ulum) Cempaka
Kresek.
BUYA AMIN DAN AQIDAH AHLUSSUNAH WALJAMAAH
Aqidah Ahlussunnah waljamaah adalah
aqidah mayoritas muslim dunia. Aqidah yang berlandaskan al-qur’an hadis dan
ijma para ulama. Pada awal abad 20, aqidah ahlussunah waljamah mendapatkan
tantangan dari aqidah wahabiyah yang disebarkan oleh kerajaan Arab Saudi. Di
Makkah yang pada waktu itu telah dikuasai oleh rezim wahabi, Buya amin tetap
konsisten untuk berdiri tegak di bawah bendera Ahlussunnah wal jamaah. Beliau
di Makkah berguru kepada para ulama yang masih memegang dengan kuat
ajaran-ajaran ulama salaf dalam tradisi ahlussunnah waljamaah.
Ketika beliau pulang ke tanah
air, di Indonesia telah terbentuk organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Ormas Islam
NU adalah ormas yang membela mati-matian ajaran-ajaran ulama salaf dan tradisi
pesantren yang tengah habis-habisan di serang oleh Ormas wahabi di Indonesia
yaitu Muhammadiyah. Buya amin langsung masuk dalam ormas NU dan menjadi salah
seorang ulama yang berdiri di front terdepan dalam melawan ajaran wahabi di
Banten yang disebarkan Muhammadiyah.
Ketika NU bergabung dengan
Masyumi tahun 1943 Buya Amin aktif dalam Masyumi yang di ketuai hadratusyekh
hasyim Asy’ari. Pada tahun 1952 NU
keluar dari Masyumi dan mengikuti pemilu
tahun 1955, dengan perjuangan Buya Amin dan ulama lainnya partai NU menang
mutlak di Tangerang. Pada malam terjadinya peristiwa pemberontakan PKI tanggal
30 september 1965, Buya Amin tengah melantik kepengurusan NU tingkat
ranting sekecamatan kresek yang
berlokasi di kemuning. Pada tahun 1975
terjadi fusi antar partai islam ke dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Buya Amin pun sami’na wa ato’na untuk bergabung dengan PPP dan menjadi
penasihat PPP Kabupaten tangerang.
Kecintaannya kepada islam dan umat islam itulah yang membuat Buya Amin
terus berjuang dalam organisasi yang berlandaskan islam ahlussunnah wal jamaah.
Ada tiga kiayi yang waktu itu
sangat terkenal perjuangannya bagi ormas NU. Tiga kiayi ini adalah segitiga
pager NU di Banten. Mereka adalah KH. Abdul Kabir pengasuh pesantren Kubang
Petir, Buya Muhammad Syanwani pengasuh pesantren Sampang Tirtayasa, dan Buya Amin
Koper.
Tiga tokoh NU Banten ini sering
sekali berhubungan untuk membicarakan strategi pertahanan kaum nahdliyyin dari
serangan kaum Muhamadiyyah. Ustad Karman, salah seorang santri Petir
mengisahkan sering sekali KH. Abdul Kabir mengamantinya untuk sekedar
menyampaikan salam kepada Buya Amin. Suatu saat, KH. Abdul Kabir mengatakan
kepada ustad Karman, “sampaikan kepada Buya Amin bahwa abah dalam keadaan
sehat, dan sampaikan salam abah untuk Buya!”.
Setelah sampai di Koper dan
menyampaikan amanat KH. Abdul Kabir, kemudian Buya Amin mengatakan, “alaika
waalaihissalam Sampaikan juga salam abah kepada Ki Kabir dan khabarkan bahwa Abah juga dalam keadaan sehat dan
mohon maaf karena kemarin kecolongan Ki Banjar lolos ceramah di Rancailat.”
Ki Banjar adalah seorang
penceramah yang dikenal telah masuk muhammadiyah. Ketika itu di petir dan
kresek sangat ketat pengawasan buya amin dan ki kabir untuk tidak membiarkan
ada penceramah Muhamadiyah masuk ke Petir dan kresek. Ki Banjar kemudian masuk
kembali ke pangkuan NU di akhir hayatnya.
Pada muktamar NU di Situbondo
tahun 1984 diputuskan bahwa NU kembali ke Khittah Ashliyyah Nahdliyyah 1926 dan
tidak terjun ke dalam politik praktis. Sejak itulah Buya Amin mengurangi
aktifitas keorganisasian dan memilih aktif mengawal umat dalam ubudiyyah kepada
Allah Swt sampai beliau wafat pada tanggal 12 Rabiul Awal 1415 H.
KELUARGA BUYA AMIN
Buya Amin menikah dengan enam
orang isteri yang dinikahi sendiri-sendiri dan dua diantaranya dengan di jama.
Pertama kali beliau menikah dengan Nyai Ratmah dari Dangdeur Balaraja tidak
dikaruniai anak.
Kedua menikah dengan Nyai hajjah
santi dari srewu binuang dikarunia seorang anak yang bernama H. sayuthi. Ketiga
Buya menikah dengan Nyai hajjah maemunah putri Syekh Muhammad ramli dari cideng
Kresek dikaruniai dua orang anak yaitu Musyarrofah dan KH. Ma’ruf Amin yang
kini menjabat Ketua MUI pusat dan Dewan Penasihat presiden susilo Bambang
yudoyono.
Keempat beliau menikah dengan
Nyai Hajjah Nurjannah dan dikaruniai anak 12 yaitu: H. Abdurrouf Amin, Afifah,
Atiqah, Asyiqah, Afiyah, Athirah, KH. Ma’luf Amin, Ma’fuf Amin, Abiqah, Masyruf
Amin, Malthuf Amin, maksyuf Amin, dan Abdullah Amin.
Yang terakhir dengan di jama
bersama Nyai Hajjah Nurjannah Buya Amin menikah dengan Nyai Hajjah Mardhiyyah
dan di karuniai anak 7 yaitu: K. Busyairi Amin, budairi Amin, nikmatullah Amin,
muflihah, Bunyanuddin Amin, Sirajul Millah Amin dan Murtafiah. Beliau juga
menikah dengan nyai Hajjah dzurriyah binti KH. Abdurrahman Pendawa tidak
dikaruniai anak.
SANAD KEILMUAN BUYA AMIN BIN ABDULLAH
Buya Amin banyak berguru kepada
para ulama, kiayi dan habaib yang tak terhitung dan tidak diketahui banyaknya.
Namun dari banyaknya para guru beliau penulis ingin menyebutkan salah satu
sanad beliau dalam keilmuan melalui Syekh tohir alfalamuni al-Bantani. Adapun
silsilahnya adalah:
1.
Nabiyyina wa Habibina Muhammad saw.
2.
Saidina Abdullah bin Umar ra.
3.
Imam Nafi Attabi’i
4.
Imam Malik
5.
Imam Muhammad bin idris As-syafi’i
6.
Imam Al-muzani
7.
Imam Abdul Malik
8.
Imam Alghazali
9.
Imam Abdul Kari mar-Rafi’i
10.
Imam kamal Al-Asy’ari
11.
Imam Yahya An-nawawi
12.
Imam Abdurrahman Al-iraqi
13.
Imam Umar Al-bulqini
14.
Imam Tajuddin as-Subki
15.
Imam Ahmad Al-Mahalli
16.
Imam Zakariya Al-Anshori
17.
Imam Ibnu Hajar Al-Haitami
18.
Syekh zaenuddin Al-Malibari
19.
Syekh Zaini Dahlan
20.
Syekh Nawawi Al-Bantani
21.
Syekh Husain Carita Al-Bantani
22.
Syekh Abdul Halim Al-Bantani
23.
Syekh tohir Al-falamuni Al-bantani
24.
Syekh Muhammad Amin bin Abdullah
Al-Kubairi Al-bantani
SANAD SILSILAH NASAB
1.
Nabiyuna Wahabibuna Muhammad Saw
2.
Siti Fatimah Azzahra
3.
Saidina husen
4.
Imam Ali zaenal Abidin
5.
Imam Muhammad Al-baqir
6.
Imam ja’far As-shodiq
7.
Imam Ali Al-Uraidi
8.
Imam Muhammad An-naqib
9.
Imam Isa An-Naqib
10.
Imam Ahmad al Muhajir ilallah
11.
Imam Ubaidillah bin ahmad
12.
Sayyid Alawi bin ubaidillah
13.
Imam sayyid Muhammad bin Alawi
14.
Sayyid Alawi bin Muhammad
15.
Sayyid Ali Qosam
16.
Sayyid Muhammad Sahib Mirbath
17.
Sayyid alawi bin Muhammad sahib
18.
Amir abdul Malik
19.
Malik Abdullah adzomat Khan
20.
Sayyid Ahmad syah Jalal
21.
Maulana Jamaluddin Akbar Husain
22.
Ali Nuruddin
23.
Malik Amatuddin Abdullah
24.
Maulana syarif hidayatullah
25.
Maulana Hasanuddin
26.
Maulana yusuf
27.
Maulana Muhammad Nashruddin
28.
Sulthan Abul Mufakhir
29.
Raden saleh
30.
Raden Mahmud
31.
Syekh hasan Bashri Cakung
32.
Syekh Ibrohim
33.
Syekh Abdullah
34.
Syekh Alim
35.
Nyi Kanisah
36.
Nyi kati
37.
Ki Abdullah
38.
Syekh Muhammad Amin Koper
WAFATNYA SYEKH MUHAMMAD AMIN BIN ABDULLAH
Manusia mulia ini mengisi hidup
dengan pengabdian kepada Allah. Membimbing umat menuju keridoanNya. Pada
tanggal 16 Safar 1415 h. isterinya yang terakhir yaitu Nyai Hajjah Mardiyyah di
tegal Kamal meninggal dunia. Buya Amin mengatakan setelah isterinya itu wafat
bahwa ia ingin segera kembali ke tanah kelahirannya di Koper. Rupanya itu
adalah sebuah isyarat bahwa tak lama lagi ia pulang ke hadirat dzat yang di
rindukannya yaitu Allah Swt. Pada subuh hari Sabtu tanggal 12 Rabiul awal 1415
H. bertepatan dengan hari
kelahiran Kekasihnya yakni Nabi
Muhammad Saw,belum genap satu bulan dari wafatnya isterinya, Buya Amin pergi ke
hadirat Arrofiqul’a’la Allah azza wajalla. Kemudian beliau di makamkan di
maqbarah semit di Koper.
FAIDAH: SANAD SEBAGIAN ULAMA
KETURUNAN SYEKH HASAN BASHRI DAN SYEKH CILIWULUNG CAKUNG.
Dalam faidah ini, penulis ingin
menyebutkan sanad sebagian kiayi pengasuh pesantren dan ulama yang mempunyai
garis keturunan dari Syekh hasan Bashri dan syekh Ciliwulung Cakung. Hal ini
dimaksudkan untuk memperkuat jalinan silaturahmi dan persatuan para ulama-ulama
dalam mengawal umat menuju ridlo Allah swt. Banyak juga ulama yang bernasab kepada
syekh ciliwulung atau Syekh hasan Bashri yang tidak dapat disebutkan karena
kekurangan data:
Syekh Astari: bin Ki Maulana
Ishaq bin Ki Muhammad Rafiuddin bin Nyi Ratu Antimah bin Syekh Alim bin Syekh
Abdullah bin Syekh Ibrahim bin Syekh Hasan Bashri.
Syekh Makmun: bin Nyi dzuriyah
bin Ki Dangi bin Nyi Ratu Antimah binti Syekh Alim bin Syekh Abdullah bin Syekh
Ibrahim bin Syekh Hasan Bashri. Atau syekh ma’mun bin Syekh Muhamad Ali Al
Madinah bin Ki soiman bin hasan bin syekh Zen bin Ki Cinding bin Syekh
Ciliwulung.
KH. Bushro: bin Syekh zen bin Nyi
Darwinah binti Syekh Dangi bin Nyi Ratu
Antimah bin Syekh Alim bin Syekh Abdullah bin Syekh Ibrahim bin Syekh Hasan
Bashri. Atau KH. Busyro bin Ki Zen Bin Muhamad Ali bin Ki soiman bin Ki hasan bin syekh Zen bin Ki
Cinding bin Syekh Ciliwulung.
KH. Salim: bin Syekh zen bin Nyi
Darwinah binti Syekh Dangi bin Nyi Ratu
Antimah bin Syekh Alim bin Syekh Abdullah bin Syekh Ibrahim bin Syekh Hasan
Bashri. Atau KH. Salim bin Ki Zen Bin Muhamad Ali bin Ki soiman bin Ki hasan bin syekh Zen bin Ki
Cinding bin Syekh Ciliwulung.
Syekh Mufti (pengasuh Ponpes
Darul Hikmah Srewu): bin Asnawi bin Bahauddin bin Ki Ramli bin Syekh Alim bin
Syekh Abdullah bin Syekh Ibrahim bin Syekh Hasan Bashri.
KH. Maruf Amin: bin Syekh
Muhammad Amin bin Abdullah bin Nyi Kati binti Nyi Kanisah bin Syekh Alim bin
Syekh Abdullah bin Syekh Ibrahim bin Syekh Hasan Bashri.
KH. Syatibi (Pengasuh pesantren
al-hikmah Jakarta): bin Abdul Ghani bin
Nyi Haji Armunah bin Ki Usman bin Ki Bendo bin Syekh Alim bin Syekh Abdullah
bin Syekh Ibrahim bin Syekh Hasan Bashri.
H. Imaduddin Utsman (Pengasuh
Pesantren NU Cempaka): bin Nyi Suarah binti Nyi Haji Aminah bin Nyi Haji Armunah bin Ki Usman bin Ki
Bendo bin Syekh Alim bin Syekh Abdullah bin Syekh Ibrahim bin Syekh Hasan
Bashri.
Syekh syarif Cakung (Ki Ayip):
bin Nyi Ratu Antimah binti Syekh Alim bin Syekh Abdullah bin Syekh Ibrahim bin
Syekh Hasan Bashri.
KH. Latif Humaidi (pengasuh
Pesantren Al-Falah): Bin Nyi Fatimah bin Ki Mushtofa bin Nyi Mastu bin Syekh
Ismail bin Syekh Abdullah bin Syekh
Ibrahim bin Syekh Hasan Bashri.
K. abdul Halim Cakung: bin Halimi bin Nyi Ratu sarwati bin Ki Jahari bin Ki
As’ad bin Nyi ratu Antimah bin Syekh
Alim bin Syekh Abdullah bin Syekh Ibrahim bin Syekh Hasan Bashri.
K. Umar cakung: bin Syamsul
ma’arif bin Ki Abdul faqar bin Ki As’ad bin Nyi ratu antimah binti Syekh
Alim bin Syekh Abdullah bin Syekh Ibrahim bin Syekh Hasan Bashri.
KH. Ali Zen (pengasuh ponpes
Al-Hikmah Pendawa): bin KH. Nurzen bin KH. Abdurahman bin ki Astari bin Ki
Hasan bin Ki Soiman bin Ki Abdullah bin Ki Mubarok bin Ki Ilyas bin Ki Cinding
bin Syekh Ciliwulung.
KH. Fakhruddin Lempuyang: bin Ki
Soleh bin Ki Mulud bin Ki Sohari bin Ki Ahmad Nafis bin Ki Abdul Akhir (Ki
Adung) bin Ki Karomuddin bin Ki Sauddin bin Syekh Ciliwulung.
KH. Abdul galib: bin Nyi Kadanah
binti Ki Bashir bin Nyi Mayi binti Nyi Runi binti Nyi Shofiyah (Nyi Buyut
Ketul) bin nyi Syarifah/Sarwinah binti syekh Hasan Bashri.
KH. Sofwatuddin (Pengasuh Ponpes
Darul Hikmah srewu): bin Nyi Sutihat
binti Ki soleh bin Ki Mulud bin Ki Sohari bin Ki Ahmad Nafis bin Ki abdul akhir
(Ki Adung) bin Ki Karomuddin bin Ki
sauddin bin Syekh ciliwulung.
KH. Mukit Laban: bin Nyi Hawa bin Ki Mulud bin bin Ki Sohari
bin Ki Ahmad Nafis bin Ki Abdul Akhir (Ki Adung) bin Ki Karomuddin bin Ki Sauddin bin Syekh
Ciliwulung.
KH. Abdul Maram: bin Nyi Hajjah
dzurriyah binti KH.Abdurrahman bin ki Astari bin Ki Hasan bin Ki Soiman bin Ki
Abdullah bin Ki Mubarok bin Ki Ilyas bin Ki Cinding bin Syekh Ciliwulung.
KH. Maimun Ali (Pengasuh Ponpes
Subulussalam): bin Nyi Haji Danah bin Ki Ali bin Nyi Hawa Bin Nyi Ami bin Ki
Alim bin Ki Abdullah bin Ki Ibrohim bin syekh Hasan Bashri
Syekh Asnawi Caringin: bin Nyi
Mastijah binti Ki amba bin Ki Cinding bin Syekh ciliwulung.
Syekh Ismail Belod: bin Ki Ules
bin Ki dana bin Ki Ikram bin Ki sueb bin Syekh Ciliwulung
Ki Syafei kebon Jeruk: bin Ki
Makiya bin ki Aspa bin Ki Sahal bin Ki Hasan bin Ki Nung bin Ki Zen bin Ki
Cinding bin syekh Ciliwulung.
Ki Amran Bugel: bin Ki Muhammad
bin Ki Alim bin Ki Abdullah bin Ki Ibrohim bin Syekh Hasan Bashri.
KH. Hudri lempuyang: bin Ki Mulud bin Ki Sohari bin Ki Ahmad
Nafis bin Ki abdul akhir (Ki Adung) bin
Ki Karomuddin bin Ki sauddin bin Syekh ciliwulung.
KH. Humed Endol: Bin Ki Aryani bin …bin ki Abdul akhir (Ki Adung) bin Ki
Karomuddin bin Ki sauddin bin Syekh ciliwulung.
KH. Fudel Lempuyang: bin Ki Soleh bin Ki Mulud bin Ki Sohari
bin Ki Ahmad Nafis bin Ki abdul akhir ( Ki Adung) bin Ki Karomuddin bin Ki sauddin bin Syekh
ciliwulung.
KH. Fahri Aslam: bin Nyi Fatimah bin Nyi Asybah bin Ki
Asnawi bin Ki Abdul latif (Ki Atif) bin ki karomudin bin ki sauddin bin syekh
Ciliwulung
KH. Fathoni Lempuyang: bin Ki Usman bin nyi cilik binti ki
abdul rasyid bin Ki Abdul akhir (ki Adung) bin ki karomuddin bin ki sauddin bin
syekh ciliwulung
KH. Jarnuji lempuyang: bin Ki Salim bin ki as’ad bin ki
hasan bin ki ali bin abdul latif (Ki Atif) bin ki karomuddin bin ki sauddin bin
syekh ciliwulung
KH. Sanwani Kelapiyan dan KH. Abdul goffar: bin Nyi saodah
binti ki ali bin kiabdul latif (ki atif) bin ki karomuddin bin ki sauddin bin
Syekh ciliwulung.
KH. Baikandi (Pengasuh Pesantren Darul arham Rajeg) bin Abdul gani bin Burhan bin Abdul Jabbar bin Sufyan bin Asma bin Abdulatif bin Karomuddin bin Sauddin bin Syekh ciliwulung.
KH. Baikandi (Pengasuh Pesantren Darul arham Rajeg) bin Abdul gani bin Burhan bin Abdul Jabbar bin Sufyan bin Asma bin Abdulatif bin Karomuddin bin Sauddin bin Syekh ciliwulung.
Waalahu a’lam bishowab…
DAFTAR ISI
MUQADDIMAH……………………………………………………………
NAMA DAN
KELAHIRAN………………………………………………1
MASA
KESANTRIAN…………………………………………………….5
MENDIRIKAN PONDOK
PESANTREN…………………………..6
PENGAJIAN SELASA DI
ARRUHANIYAH………………………8
BUYA AMIN DAN AQIDAH AHLISSUNNAH
WAL
JAMAAH…………………………………………………………….10
KELUARGA BUYA
AMIN……………………………………………..12
SANAD
KEILMUAN……………………………………………………..13
SANAD SILSILAH
NASAB……………………………………………..14
WAFATNYA BUYA
AMIN…………………………………………….16
FAIDAH KETURUNAN SYEKH HASAN
BASHRI DAN SYEKH
CILIWULUNG………………………………17
anak saya cipta muhammad ma'ruf, mengambil hikmah dari beliau Muhammad S A W dan K.H .Maruf Amin,tapi Alhamdulillah ayah beliau ( K.H.Ma'ruf Amin) bernama Muhammad Amin
BalasHapus