Kamis, 22 Maret 2012

SYEKH AHMAD KHOTIB SYAMBAS



                                                 









SYEKH AHMAD KHOTIB SYAMBAS
Oleh : KH. Imaduddin Utsman, S.Ag. MA.
(Pengasuh Ponpes Salafiyah Nahdlatul ulum cempaka-Banten)

            Syekh ahmad khotib Syambas lahir di kampong Dagang kesultanan Sambas Kalimantan Barat pada bulan Shafar 1217 hijriyah atau tahun 1803 masehi. Ayahnya bernama Abdul Gaffar bin Abdullah bin Jalaluddin. Ayahnya adalah perantau dari Kampung Sange.
            Selain kepada ayahnya Ahmad khotib kecil belajar kepada para ulama di wilayah kesultanan Sambas salah satunya adalah Syekh nuruddin Musthofa yang merupakan imam masjid kesultanan Sambas. Setelah belajar dasar-dasar agama kepada ayahnya dan syeh Nuruddin, pada tahun 1820 Ahmad khotib berangkat ke Makkah al Mukarromah dalam usia 17 tahun untuk meluluskan dahaganya akan ilmu pengetahuan.
            Di Makkah ia menikah dengan gadis arab keturunan melayu, kemudian ia memutuskan untuk tetap tinggal di Makkah sampai wafat pada tahun1875.
            Selain Syekh Nuruddin Musthofa, guru-gurunya yang lain adalah:
  1. Syekh Muhammad arsyad al Banjari
  2. Syekh daud binAbdullah al fathani
  3. Syekh abdussomad al palimbaniSyekh abdul Hafidz al-ajami
  4. Syekh ahmad al-marzuki
  5. Syekh syamsuddin (mursyid tarikat al-qadiriyah yang tinggal di Jabal Qubaisy Makkah.

Syekh Ahmad Khotib Syambas adalah telaga agung yang menjadi muara dua aliran tarekat yang sangat termasyhur, yaitu al-qadiriyah dan al-Naqsyabandiyah. Mulai dari beliaulah dua tarikat ini disatukan. Al-qadiriyah merupakan refleksi dzikir jahr (suara keras) sementara Al-Naqsyabandiyah adalah dzikir sirr (rahasia/di dalam hati).
Dua tarekat ini beliau ijazahkan dan ajarkan kepada murid-murid beliau dan terus berkembang pesat terutama di daerah Nusantara. Sepeninggal beliau yang menjadi pengganti adalah Syekh Abdul Karim Al Bantani. Dari Syekh Abdul Karim Al Bantani inilah gabungan dua tarekat berkembang pesat ke seluruh dunia terutama di asia tenggara.
Walaupun beliau tidak pernah pulang ke tanah air, tetap kepeduliannya terhadap keadaan tanah air tak pernah padam. Melalui ajaran-ajaranya kepada murid-muridnya tentang jihad kemudian pada tahun 1888 murid-murid beliau dari banten yang berdarah panas melakukan pemberontakan yang membuat pemerintah colonial kalang kabut. Begitu pula murid beliau Tuan Guru bangkol dari lombok memimpin suku Sasak untuk mengadakan perlawanan terhadap colonial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar